A. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan prioritas program Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010). Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik – buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari – hari dengan sepenuh hati.
Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. lebuh dari tu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habitution) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing)”, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling)” dan perilaku yang baik (moral action).
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi :
1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
Berdasarkan hal diatas, satuan pendidikan merupakan salah satu media pelaksanaan nilai – nilai pendidikan karakter. Nilai – nilai tersebut bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai – nilai tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat / komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam :
1. Olah hati (spiritual & emotional development)
2. Olah pikir (intellectual development)
3. Olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development)
4. Olah rasa dan karsa (affective and creativity develompent)
Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing – masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai.
Pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dalam pengembangan kegiatan belajar siswa. Pendekatan konekstual dapat digunakan sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Pendekatan kontekstual yang dilakukan guru akan sangat membantu menanamkan karakter yang diharapkan dapat dimiliki siswa. Pendekatan kontekstual akan memberikan hasil yang komprehensif, tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi pada tataran afektif serta psikomotor. Pendekatan kontekstual dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar pengembangan diri untuk pendidikan karakter dapat dilakukan pada kegiatan rutin di sekolah (misalnya kegiatan upacara hari Senin, piket kelas, dan berbaris saat masuk kelas), kegiatan spontan ( misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah), keteladan (misalnya nilai disiplin, kebersihan, dan kasih sayang), pengkondisian (misalnya kondisi toilet yang bersih, halaman yang hijau, dan poster kata – kata bijak di lorong sekolah).
Pembelajaran di kelas harus kita kembangkan untuk bisa memberikan pendidikan karakter lebih dalam. Pengembangan RPP dan silanus sangat diperlukan untuk berhasilnya pembelajaran karakter ini. Pengembangan yang dilakukan terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, pembelajaran yang diterima siswa sebaiknya dikonkretkan dalam kegiatan nyata (konkret) agar siswa langsung mengetahui mana yang baik dan buruk dan dapat langsung mempraktekkan nilai – nilai yang diajarkan.
Pemberian pendidikan karakter juga dapat diberikan pada pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler, dimana pada kegiatan tersebut guru dapat mengembangkan bakat yang telah dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakulikuler lebih mengembangkan hobi yang dimiliki siswa. Selain itu juga dapat dikembangkan melalui kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat dan pada mata pelajaran MULOK yang mengandung muatan lokal di setiap daerah.
Saya pernah mengikuti seminar “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”. Dalam seminar tersebut, Ibu Siti Partini Suardiman, dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta mengemukakan bahwa pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan baik buruk, benar salah, tetapi lebih kepada menanamkan kebiasaan hingga menyentuh 3 ranah sekaligus yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga kebiasaan yang sudah terbentuk mengalami internalisasi menjadi miliknya yang kokoh, kuat, dan sulit dipengaruhi. Untuk mewujudkannya, diperlukan pengembangan ketajaman berpikir atau bernalar, pemberian teladan, dan pembiasaan secara terus menerus karena hasil pendidikan karakter perlu waktu yang lama sampai terbentuk kebiasaan, harus terus menerus diupayakan, tidak boleh berhenti atau bosan dan dilakukan oleh seluruh komponen dalam komunitas termasuk orang tua dan keluarga.
B. PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien. Salah satu tujuan dilakukannya pengelolaan kelas adalah agar pembelajaran berhasil dan teratur. Teknik yang dapat dilakukan dalam pengelolaan kelas antara lain adalah sebagai berikut :
1. Membuat anak tertarik
Dengan membuat anak tertarik dengan pembelajaran yang akan dilakukan akan mempermudah kita menyampaikan materi yang akan diajarkan. Kita sebagai guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang berkondusif dan menyenangkan bagi siswa untuk belajar.
2. Menggunakan media
Siswa saat mengikuti pembelajaran mungkin ada yang membuat gaduh karena kurang tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran dapat divariasi dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Dengan penggunaan media yang tepat, diharapkan anak akan tertarik dengan apa yang akan kita ajarkan.
3. Penataan ruang
Penataan ruang merupakan salah satu teknik pengelolaan kelas yang harus diperhatikan. Penataan ruang harus disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. Untuk mengurangi kebosanan, guru dapat mengubah posisi ruang sehingga dapat melakukan pembelajaran yang tidak terkesan kaku.
4. Lebih pentingkan kualitas daripada kuantitas
Jangan paksakan untuk menerima siswa sebanyak – banyaknya dalam satu tahun pelajaran. Hal ini harus disesuaikan dengan kapasitas ruangan yang tersedia.
5. Persiapan
Persiapan yang dimaksud bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara psikologis, karena mood kita disadari atau tidak akan mempengaruhi kegiatan pembelajaran yang akan berdampak pada peserta didik di kelas.
Sumber :
a. Buku ajar Strategi Pembelajaran FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
b. Hand out “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Masa Depan Bangsa dan Upaya Guru Dalam Mewujudkannya”oleh Ibu Siti Partini Suardiman, dosen FIP UNY dalam seminar “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”.
c. Materi diskusi perkuliahan Strategi Pembelajaran, Selasa 20 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar