Nama : Aulia Rizqika Rofiati
NIM : 292010068
Kelas : RS 10 C
TEORI BELAJAR DAN MENGAJAR
1. Teori Belajar
A. Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ciri – ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain :
1. Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar – benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
B. Jenis – jenis Belajar
1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian – bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Menurut Gestalt, teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola – pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)
Suatu usaha untuk memilih beberapa sifat stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4. Belajar global / keseluruhan (global whole learning)
Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan, berulang – ulang sampai pelajar menguasainya.
5. Belajar insidental (Incidental learning)
Dalam belajar insidental, pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar.
6. Belajar instrumental (instrumental learning)
Salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan tingkah laku
7. Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan.
8. Belajar laten (latent learning)
Perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara cepat.
9. Belajar mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.
10. Belajar produktif (productive learning)
Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi lain.
11. Belajar verbal (verbal learning)
Belajar mengenai materi verbal melalui latihan dan ingatan.
C. Teori – teori Belajar
1. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang mengemukakan bahwa dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti/memperoleh insight. Prinsip belajar menurut teori Gestalt :
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
c. Siswa sebagai individu secara keseluruhan
d. Terjadi transfer
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
f. Belajar harus dengan insight
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa
h. Belajar berlangsung terus menerus
2. Teori Belajar Menurut J. Bruner
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari setiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, yaitu lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan – penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam lingkungan, banyak hal yang dapat dipelajari siswa, yang dapat digolongkan menjadi enactive, iconinc, symbolic.
Dalam belajar, guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini :
a. Mengusahakan siswa berpartisipasi aktif, meningkatkan minat siswa dan membimbingnya.
b. Menganalisis struktur materi yang diajarkan dan disampaikan secara sederhana.
c. Menganalisis sequence.
d. Memberikan reinforcement dan umpan balik (feed back)
3. Teori Belajar dari Piaget
Menurut Piaget, perkembangan proses belajar pada anak adalah sebagai berikut :
1. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
2. Perkembangan mental pada anak melalui tahap – tahap tertentu
3. Jangka waktu untuk berlatih pada setiap tahap tidaklah selalu sama pada setiap anak.
4. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh faktor, yaitu kematangan, pengalaman, interaksi sosial, dan equilibration (proses ketiga faktor untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).
5. Ada 3 tahap perkembangan, yaitu berpikir secara intuitif (kurang lebih 4 tahun), beroperasi secara konkret (kurang lebih 7 tahun), dan beroperasi secara formal (kurang lebih 11 tahun).
4. Teori dari R. Gagne
Gagne memberikan 2 definisi terhadap masalah belajar, yaitu :
1. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Segala sesuatu yang dipelajari manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori yang disebut dengan “The domains of learning” yaitu keterampilan motorik, informasi verbal, kemapuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.
5. Purposeful Learning
Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan dan yang :
a. Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain;
b. Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi belajar- mengajar di sekolah.
6. Belajar dengan Jalan Mengamati dan Meniru (Observational Learning and Imitation)
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula – mula dengan mengamati dan meniru suatu model/contoh/teladan. Siswa yang suka meniru biasanya adalah siswa yang mempunyai rasa kurang harga diri, kurang kemampuannya, mempunyai sifat yang sama seperti model, dan berada pada suasana perasaan tertentu karena tekanan dari luar atau karena drugs.
7. Belajar yang Bermakna (Meaningful Learning)
Teori Ausubel terutama berlaku pada siswa yang sudah dapat membaca dengan baik dan yang sudah mempunyai konsep dasar dalam bidang pelajaran tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena teori itu pertama – tama menekankan penguasaan belajar mula, retensi, transfer, dan variabel – variabel yang berhubungan dengan belajar semacam itu.
D. Prinsip – prinsip Belajar
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1. Dalam belajar, siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungan.
b. Sesuai hakikat belajar
1. Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery
3. Belajar adalah proses kontinguitas sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangka pengertiaannya.
2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar pengertian / keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.
2. Teori Mengajar
A. Teori – teori Mengajar
1. Definisi yang lama
Mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman – pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus. Siswa hanya mendengarkan dan menerima saja apa yang diberikan oleh guru.
2. Definisi dari DeQueliy dan Gazali
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
3. Definisi yang modern di negara – negara maju
Teaching is the guidance of learning. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Definisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar.
4. Kilpatrik
Menunjukkan definisi mengajar yang tegas, dengan dasar pemikiran pada gambaran perjuangan hidup manusia, dengan menggunakan metode “problem solving”, dimana siswa dapat mengatasi kesulitan – kesulitan di dalam hidupnya.
5. Alvin W. Howard
Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, dan mengembangkan skill, attitude, cita – cita, penghargaan, dan knowledge.
6. A. Morrison D.Mc. Intyre
Mengajar adalah aktivitas personal yang unik.
7. John R. Pancella
Mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan dalam interaksi dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa, kepada siapa guru berinteraksi.
8. Bagi Mursell
Mengajar digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti/bermakna bagi siswa.
9. Waini Rasyidin
Mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. guru merupakan koordinator yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan.
B. Prinsip – prinsip Mengajar
1. Perhatian
Di dalam mengajar, guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru, dimana perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat.
2. Aktivitas
Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesannya tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah, kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Dengan siswa berpartisipasi aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan dengan baik.
3. Appersepsi
Setiap guru yang mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa ataupun pengalamannya.
4. Peragaan
Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan, juga membantu siswa mengerti dengan baik. penggunaan media juga akan lebih menarik perhatian siswa, lebih merangsang siswa untuk berpikir.
5. Repetisi
Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, perlu diulang – ulang. Ingatan siswa itu tidak konsisten, sehingga pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan.
6. Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar mata pelajaran.
7. Kosentrasi
Hubungan antar matpel dapat diperluas. Usaha konsentrasi pelajaran menyebabkan siswa memperoleh pengalaman langsung, mengamati sendiri, meneliti sendiri, untuk menyusun dan menyimpulkan pengetahuan itu sendiri.
8. Sosialisasi
Siswa perlu bergaul dengan teman lainnya, disamping sebagai individu. Dalam pembelajaran, dapat bekerja dengan kelompok untuk meningkatkan cara berpikir siswa sehingga dapat memecahkan masalah dengan lebih baik dan lancar.
9. Individualisasi
Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing – masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak, maupun sikapnya.
10. Evaluasi
Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Mereka akan lebih giat belajar dan meningkatkan proses berpikirnya.
Sedangkan Mursel mengemukakan 6 prinsip mengajar, yaitu :
1. Konteks yang baik, dengan ciri – ciri dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat, terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret, pengalaman dapat ditiru untuk diulangi dengan sifat yang sederhana.
2. Fokus yang baik, dengan ciri – ciri memobilisasi tujuan, memberi bentuk dan keseragaman dalam belajar, mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan.
3. Sosialisasi yang baik, dengan ciri – ciri fasilitas sosial, perangsang, dan kelompok demokratis.
4. Individualisasi yan baik, dengan ciri – ciri perbedaan-perbedaan vertikal, perbedaan – perbedaan kualitatif
5. Sequence yang baik dengan ciri pertumbuhan itu bersifat kontinu, pertumbuhan tergantung dari tujuan, pertumbuhan tergantung pada munculnya makna, pertumbuhan merupakan perubahan dari penguasaan yang langsung menuju kepada kontrol yang jauh, pertumbuhan merupakan perubahan dari yang konkret ke arah yang abstrak, pertumbuhan sebagai suatu gerakan dari yang “kasar dan global” ke arah yang “memperbedakan”, pertumbuhan merupakan proses transformasi.
6. Evaluasi, dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang melekat pada proses belajar itu.
3. Pengalaman Pribadi yang Menggambarkan Penggunaan Teori Belajar – Mengajar
Pembelajaran yang saya terima berubah seiring dengan tingkat pendidikan. Pada saat duduk di bangku sekolah dasar, saya lebih diajar oleh guru dengan merujuk pada pengertian belajar pada masa lampau, yaitu siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan cenderung pasif saat pembelajaran. Siswa yang baik adalah siswa yang duduk tenang mendengarkan penjelasan dari guru. Saya, waktu itu termasuk siswa yang patuh dengan guru, dimana saya akan duduk manis saat pembelajaran berlangsung.
Naik ke tingkat SMP, saya sudah mulai agak aktif, meskipun belum sepenuhnya. Saya akan lebih sering duduk manis, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru, dan kadang kala bertanya satu dua hal yang masih belum jelas. Keaktifan saya tunjukkan dengan terkadang saya mencari materi tambahan yang mendukung saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Sedangkan pada tingkat SMA, saya bisa lebih aktif dari sebelumnya. Teori yang digunakan sudah lebih mengacu kepada teori di negara maju yang menyatakan bahwa siswalah yang aktif dalam pembelajaran. Guru sudah memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk bisa aktif, seperti seringnya dibentuk kelompok untuk mendiskusikan materi pelajaran, pemberian tugas mandiri, pemberian pengalaman langsung melalui percobaan sederhana, dan lain sebagainya. Lebih lagi pada saat saya duduk dibangku kuliah, saya mempunyai lebih banyak kesempatan untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dosen lebih sebagai fasilitator, dan siswa menjadi subyek pendidikan dimana kita harus bisa mandiri mencari bahan pengajaran, informasi baru, dan sebagainya.
Meskipun begitu, pada setiap jenjang pendidikan, guru sudah menggunakan prinsip – prinsip mengajar seperti perhatian, evaluasi, individual, sosialisasi dan sebagainya. Penggunaan prinsip tersebut sangat membantu saya mengikuti proses pembelajaran, meskipun dulu tidak sadar bahwa guru saya sedang menggunakan prinsip – prinsip tersebut.
Sedangkan mengenai belajar, saya rasa saya adalah sebuah hasil dari pembelajaran. Belajar dapat mengubah peilaku seseorang baik dari segi mental, intelektual, maupun psikomotoriknya. Dengan belajar di sekolah saya yang tadinya belum bisa menulis dan membaca menjadi mampu mengerjakan hal tersebut. Dengan belajar juga saya bisa mengahrgai hak orang lain, dan bisa menambah keterampilan di berbagai bidang. Belajar tidak dibatasi dengan umur. Belajar bukan hanya dilaksanakan di sekolah, tetapi juga dilingkungan sekitar saya yang memberikan saya pengalaman.
Sumber : Bahan Ajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PGSD UKSW Salatiga 2012